SAJAK SAJAK WANTO TIRTO AJIBARANG PURWOKERTO
Untuk memberi Ruang Publik. Rubrik BUDAYA KoranPurworejo.Com menerima tulisan karya yang relevan, seperti Puisi, Cerpen, Laporan Diskusi, Ulasan pentas dan sejenisnya. Akan dimuat disetiap hari Minggu.Rubrik ini digawangi Penyair dan Essays Sumanang Tirtasujana.
SAJAK SAJAK WANTO TIRTO
AJIBARANG PURWOKERTO
KOPIKU KOPIMU
Larut di negeri kopi
Meski belum ada gula
Tetap nikmat dalam renungan
Layar perahu mengajak mimpi
Menebar jala di laut semesta
Mata memandang bentangan jiwa
Ikan-ikan tak takut jebakan
Keyakinan nurani
Menguatkan makna hakiki
Tentang cinta negeri
Jangan dinodai
Dengan caci maki dan benci
Boleh bergurau
Jangan lampaui batas
Boleh mencoba
Jangan coba-coba
Karena tanaman cinta di rimba indonesia
Kita rawat untuk semua
Kopiku kopimu hitam pekat
Meski tanpa gula
Tetap nikmat
03112016
Aung
Tiba-tiba suara itu muncul dari bangunan istana menjelma sebagai srigala
Aung
Suara auman membahana ke seantero dunia
Membangunkan bumi yang tidur
Membukakan awan hitam
Memerahkan nyala matahari dalam terik siang di bumi Rohingya
Aung
Srigala gila nenerkam muslim Rohingya
Mencabik-cabik tubuhnya tak berdosa
Memamah melumat bagai dendam kesumat
Aung
Suara lantang membedah hutan
Rumah-rumah penduduk diinjak-injak
Diserang bayonet
Ditembaki
Dibakar
Aung
Aung
Aung
Kaki-kaki bersepatu lars
Menghentak-hentak di depan masjid dan mushola
Memporak-porandakan kampung dan pekarangan
Aung
Aung
Aung
Di sudut desa suara resah mendesah
Tangisnya nyaris habis
Diterkam kekuasaan bengis
Aeng Aeng Aeng
Kelaparan terus melanda Rohingya
Pembunuhan etnis Rohingya terus dilskukan
Aung Aung Aung
Jeritan derita Rohingya kemana-mana
Dunia nyaris tak berdaya mengatasinya
Aung Aung Aung
Lihat kami berlumur darah
Tubuh terbakar menyangga langit
Mengusap awan hitam
Udara amis
Sungai-sungai nyinyir
Darah segar yang tumpah adalah iman yang tak kau pedulikan
Aung Aung Aung Aung Aung
Tubuh demam
Mengerang pedih kesakitan
Hidup dalam himpitan kekejaman
Berulang kali penindasan terjadi
Di bumi Rohingya yang didlolimi
Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Allhumma ajirni fi musibati wakhluf li khoiron minha
"Sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNya kami kembali. Ya Allah berilah kami pahala atas musibah ini dan gantilah bagiku yang lebih baik dari musibah ini."
15092017
IRONI DI KAMPUNG SENDIRI
Di kotak kaca mata
Hati dan otak telah di kotak-kotak
Dari air sampai makanan
Dari pakaian sampai perhiasan
Perlatan elektronik sampai permesinan
Bermerek ternama buatan luar
Mobil dan motor menyesaki jalan
Setir kanan hanya menipu impian
Agar dibilang buatan kita
Padahal hanya numpang ketempatan
Aslinya tetap buatan tuan
Sumberdaya alam dikeruk habis-habisan
Dari batu hitam sampai batu pualam
Dari besi sampai emas berlian
Kita di sini gigit jari memandang mereka tamu hadir membawa kekayaan alam
Tenaga kerja kita sedikit bayaran
Tenaga luar dihormati dan dibayar mahal
Alhasil mengelus dada
Meratapi nasib yang terseok keadaan
Entah kapan reformasi berpihak ke kaum papa
Agar hidup sehat layak penghasilan
Punya rumah dan tanah harapan
Menyekolahkan anak demi perbaikan masa depan
Kotak kaca tak bosan mengajak mimpi setiap hari
Menjajah pikir untuk konsumtif
Membeli barang produk luar negeri
31082017
LAUT 4
datang ke laut peluh lusuh
singkirkan dendam tumpahkan rindu
pasir pesisir tafakur
memujimu penuh sukur
cinta batin sedalam palung laut
11042017
SUKET-SUKET
---------------catatan bagi Slamet Gundono
suket suket berkeliaran berteriak di padang gersang
dengan lantang menyuarakan nurani
mengibarkan bendera setengah tiang
seraya menundukkan kepala
berdoa
atas kematian ruh suket
yang mengalir mewarnai keindahan pelangi
suket suket bersemi
subur membuat komunitas semesta
memanggul senjata perang terhadap ketidak adilan
berkali-kali panggung ditegakkan pertunjukkan di gelar
orang-orang badad kelimpungan
mendengar seruan lantang dari cerita yang dimainkan
suket-suket berkeliaran
mencari sejuk tempat bersemi memupuk tunas-tunas
lahan pekarangan terang cahaya
energi tanah semakin memancar bergairah
suket-suket bermata sembab
seisi kotak diam berurai air mata
sangkakala meniup
sunyi
sedih menindih-nindih
menyayat bertubi-tubi
akar-akar mencengkeram kokoh
tetap memeluk sang dalang
pelakon sejati telah pergi dipanggil sang khalik
suket-suket tak mau kering
tanah subur siap menjadi ladang bagi permainan lakon berikutnya
05012014
CATATAN HUJAN
semakin banyak catatan
hujan tak hiraukan
diharap atau ditolak
turun
aku masih memandang dari kejauhan
bintang gemintang masih cerah bersinar
tak terkecuali kau, hujan
rupanya kau sengaja
bermurah hati pada dunia seisinya
memberi tak harus cepat kembali
berkumpul di laut
menguap bersama
turun perlahan
berbeda tempat tidak bersama
tidak memaksakan diri
dibuat sama besarnya
kadang gerimis
kadang hujan besar
kadang ragu cuma mendung
malah suatu ketika kau bercanda dengan matahari
membuat pelangi
menghibur manusia
mengajak anak-anak bersorak sorai
bermain di pelataran
hujan pun bermain
sambil menyiram kegairahan
tekad pantang menyerah
meraih indahnya pelangi
03012015
Wanto Tirta Lahir dan besar di desa Kracak Ajibarang Banyumas Jawa Tengah.
Peraih penghargaan Gatra Budaya Bidang Sastra Kabupaten Banyumas tahun 2015.
Menulis Puisi dan geguritan, bermain teater dan ketoprak. Bergiat di teater Gethek dan Komunitas Orang Pinggiran Indonesia (KOPI). Beberapa puisinya masuk antologi bersama.
Tahun 2015 menerima penghargaan "Anugerah Gatra Budaya" Pemerintah Kabupaten Banyumas bidang sastra
Tahun 2017 sebagai nomine penghargaan Prasidatama kategori Tokoh Penggiat Bahasa dan Sastra Jawa dari Balai Bahasa Jawa Tengah.
Motto : "bismillah mengalir sampai jauh".
Mukim di desa Kracak RT 3 RW 1 Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Jawa Tengah 53163
email : wantotirta@gmail.com
Tidak ada komentar