PUISI SURTINI HADI, SALATIGA
PUISI SURTINI HADI, SALATIGA
Untuk memberi Ruang Publik. Rubrik BUDAYA KoranPurworejo.Com menerima tulisan karya yang relevan, seperti Puisi, Cerpen, Laporan Diskusi, Ulasan pentas dan sejenisnya. Akan dimuat disetiap hari Minggu.Rubrik ini digawangi Penyair dan Essays Sumanang Tirtasujana.
Untuk memberi Ruang Publik. Rubrik BUDAYA KoranPurworejo.Com menerima tulisan karya yang relevan, seperti Puisi, Cerpen, Laporan Diskusi, Ulasan pentas dan sejenisnya. Akan dimuat disetiap hari Minggu.Rubrik ini digawangi Penyair dan Essays Sumanang Tirtasujana.
LELAKI PERAHU
ini hujan pertama dibulan juli
perempuan-perempuan pulau
memasang mata dari balik jendela
menunggu perahu-perahu merapat lagi
menghindari purnama yang menggiring ikan-ikan
ke ceruk dalam
melanjutkan cinta yang terpenggal waktu
dengan para lelaki perahu berkulit legam
datang dan perginya tanpa sebuah janji
tapi tak berjarak seperti musim dan arah angin
subuh dan seruan sembahyang
para lelaki perahu singgah
menghidupkan mimpi perempuan-perempuan pulau
Pulau Matak, 2011
JAKARTA DAN LELAKI BERWAJAH PUISI
malam hujan, Jakarta bernostalgia dengan doa dan umpatan kesumat
jalanan mampat, membunuh waktu dan arus cerita
perempuan asal jawa itu, di sudut terminal
duduk terpaku, membiarkan cipratan hujan di wajah desanya
batinnya satu, mencari lelaki berwajah puisi
dahulu, menuliskan alamat beraroma rindu di kening dan bibirnya
malam Jakarta makin ke tepi
perempuan asal jawa itu
menghirup asap knalpot dan alkohol murahan
melanjutkan perjalanan, mencari lelaki berwajah puisi
Jakarta, 2011
SAJAK IBU KEPADA MUSA
cecap air susuku , Nak
sebab aromanya kurir kerinduan kita
mengabarkan pada siapa kau mengada
: menegakkan langkah ibu menujumu
pada pemilik perahu dan aliran sungai ini
kutitipkan arah dan nasibmu
ke hulu semoga selamat
ke hilir semoga tak ada aral
awal dan akhir, Nak
bukan sebab kau lelaki
losarang, 2010
JALAN KESAMBI
sejulur jalanan kesambi
merayakan siang
ruang hatiku seperti tertuang peluh
oleh terik kotamu yang keterlaluan
palang kereta
menyihir riuh lalu lintas
menghentikan perjalanan orang-orang
merentang jarak kian jauh
: kau dan kedatanganku
cirebon, 2010
RIWAYAT BULAN
semalam bulan dipeluk raksasa
selengkungan tubuhnya meronta
mempertahankan cahaya
orang-orang membaca koran pagi
tak ada siapapun dalam obituari
lalu berlari ke jalan-jalan kota
menemukan riwayat bulan
dalam mural yang sambung menyambung
Pare, 2007
BAPAK
anak perempuanku, tunggu apalagi
ajak lelakimu kemari
kunikahkan kalian esok pagi
tujuh puluh tahun kerentaanku sebagai mahar
cari apalagi
kata-kata dan puisi itu
tak akan membuatmu muda kembali
Purworejo, 2009
MALAM KOTA DAN RIBU-RIBU KATA
secangkir coklat panas
sendiri saja di meja bulat telur kayu trembesi
di sudut kafenya orang-orang berwajah puisi
sembunyi pada temaram yang tawar—ditinggal tuannya
panggung berderik
saat kursi geser kesana kemari
tubuh tuan secangkir coklat panas
tersiram oranye pucat lampu sorot
bibirnya bergerak-gerak
menyantuni malam kota dengan ribu-ribu kata
puisi apa yang dia baca
seperti puisi hujan yang kemarau
seperti puisi laut pasang yang surut
seperti puisi penghabisan
Bulungan, 2009
SURTINI HADI,
Penulis adalah perempuan kelahiran Purworejo- Jawa Tengah. Menulis puisi, cerpen dan artikel. Puisi-puisinya terdokumentasi dalam buku KAKI LANGIT SASTRA PELAJAR, Horison, Jakarta (2002), KEMILAU MUSIM, Pekanbaru (2003), PESONA GEMILANG MUSIM, Pekanbaru (2004) dan PROGO 2, Temanggung (2008), PUISI TENTANG MASJID, Jakarta (2017)
Mulai giat bersastra saat nyantri di Pesantren Nurul Hidayah-Pangen Purworejo dan PPQ Al Amin Pabuaran Purwokerto. Saat ini tinggal di Salatiga, selain sebagai Guru PAUD dan Madrasah Quran, menulis juga di www.kompasiana.com/suryaningmentari, dan blog pribadi www.seribujalan.wordpress.com
Tidak ada komentar