Muda Ganesha Alumni SMAN1 Gerakkan Konservasi Hutan, Bagikan Ribuan Bibit Tanaman Hutan
(KORANPURWOREJO)
Kegiatan Muda Ganesa Alumni SMAN1 Salah satunya membangun konserfasi hutan dengan menanam ribuan pohon hutan.
Kamis 27 /2 /2020 hingga Sabtu 29/2/2020. Menanami dan membagi bibit sekitar 20.000 bibit tanaman koservasi seperti;
Durian , Gayam,Pete Jengkol ,Durian mootong Durian Pelangi Atururi
Durian kromo Banyumas
Mangga Arum manis
Kelengkeng itoh.
Lokasi Kegiatan :
1. Siklotok Desa Kaligono Kec. Kaligesing
2. Desa Loano Kec. Loano
3. Kec. Gebang
4. Kec. Pituruh
5. Kec Bruno
6. Kec. Kemiri
7. Kec. Bener
8. Kec. Purworejo
9. Kec. Begelen
10. Kec. Ngombol
" Kabupaten Purworejo merupakan daerah subur tetapi juga menyimpan potensi-potensi bencana alam seperti banjir, longsor, tanah bergerak (Subsidence). Dari Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) tahun 2018 Kab. Purworejo rangking no. 4 setelah Kab. Maluku Barat Daya, Kab. Majene dan Kota Gunung Sitoli Propinsi Sumatera Utara (Sumber : Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB) " Demikian dikatakan Drs.Dwi Wahyu Atmaji. Ketua Mudha Ganesa Alumni SMAN1
Purworejo.
" Kondisi Geologi eksisting Kabupaten Purworejo terbentuk dari lapukan andesit.
Selain itu wilayah Kabupaten Purworejo merupakan daerah pertemuan lempeng (subduction Area) Indo Australia dan lempeng Eurasia yang bergerak terus sekitar 7 centi meter per tahun
Jug terjadi alih fungsi lahan dan fungsi hutan negara, padahal daerah tersebut merupakan daerah tangkapan air hujan (Catchmen area) yang harusnya berisi tanaman – tanaman keras sebagai pengikat air dan tanah berubah menjadi tanaman industri seperti albasia, sengon, pinus dan lahan pertanian padahal tanaman tersebut justru mengambil air dan tidak mampu mengikat tanah yang berasal dari lapukan andesit (soil) menyebabkan ketidak normalan siklus hidrogeologi. Demikian urai Dwi Wahyu Atmaji.
Sementara itu Direktur PDAM Purworejo Hermawan Wahyu Utama, ST, Msi menambahkan.
" Pertumbuhan perumahan-perumahan dan pembangunan jalan desa (rabat beton) di desa-desa yang menghambat meresapnya air ke cekungan air (aquifer) ikut merusak siklus tersebut. Akibat yang lain adalan terus berkurangnya cadangan – cadangan air yang berada di cekungan air (aquifer) di Purworejo yang semakin tahun terus berkurang (data-data Sumur PDAM Purworejo).
Di bagian selatan Purworejo yang dataran yang terbentuk dari kipas lumpur (Alluvial) sangat mudah terkena abrasi dari gelombang pasang Samudera Indonesia. Imbuhnya.
Kecepatan Abrasi antara 2 hingga 10 meter per tahun Padahal lokasi tersebut juga berpotensi bahaya tsunami karena sepanjang pantai di pesisir Purworejo termasuk daerah terdampak tumbukan lempeng (Subduction Area)
Hal ini yang menyebabkan Kabupaten Purworejo secepatnya sangat diperlukan adanya konservasi tanah dan air, Tandahnya Hermawan Wahyu Utama yang lulusan ITB dan alumni SMAN1 itu
Hal demikian diharapkan timbul pemahaman untuk sedini mungkin. Masyarakat Purworejo akan sadar akan bahaya bencana slam ( sts).
Kegiatan Muda Ganesa Alumni SMAN1 Salah satunya membangun konserfasi hutan dengan menanam ribuan pohon hutan.
![]() |
Advert's |
Durian , Gayam,Pete Jengkol ,Durian mootong Durian Pelangi Atururi
Durian kromo Banyumas
Mangga Arum manis
Kelengkeng itoh.
![]() |
Advert's |
Lokasi Kegiatan :
1. Siklotok Desa Kaligono Kec. Kaligesing
2. Desa Loano Kec. Loano
3. Kec. Gebang
4. Kec. Pituruh
5. Kec Bruno
6. Kec. Kemiri
7. Kec. Bener
8. Kec. Purworejo
9. Kec. Begelen
10. Kec. Ngombol
![]() |
Advert's |
Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan sumbangsih insan-insan Muda Ganesha untuk masyarakat Purworejo supaya menjaga dan mengamankan wilayah kabupaten Purworejo dari dampak bencana alam
" Kabupaten Purworejo merupakan daerah subur tetapi juga menyimpan potensi-potensi bencana alam seperti banjir, longsor, tanah bergerak (Subsidence). Dari Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) tahun 2018 Kab. Purworejo rangking no. 4 setelah Kab. Maluku Barat Daya, Kab. Majene dan Kota Gunung Sitoli Propinsi Sumatera Utara (Sumber : Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB) " Demikian dikatakan Drs.Dwi Wahyu Atmaji. Ketua Mudha Ganesa Alumni SMAN1
Purworejo.
" Kondisi Geologi eksisting Kabupaten Purworejo terbentuk dari lapukan andesit.
Selain itu wilayah Kabupaten Purworejo merupakan daerah pertemuan lempeng (subduction Area) Indo Australia dan lempeng Eurasia yang bergerak terus sekitar 7 centi meter per tahun
Jug terjadi alih fungsi lahan dan fungsi hutan negara, padahal daerah tersebut merupakan daerah tangkapan air hujan (Catchmen area) yang harusnya berisi tanaman – tanaman keras sebagai pengikat air dan tanah berubah menjadi tanaman industri seperti albasia, sengon, pinus dan lahan pertanian padahal tanaman tersebut justru mengambil air dan tidak mampu mengikat tanah yang berasal dari lapukan andesit (soil) menyebabkan ketidak normalan siklus hidrogeologi. Demikian urai Dwi Wahyu Atmaji.
Sementara itu Direktur PDAM Purworejo Hermawan Wahyu Utama, ST, Msi menambahkan.
" Pertumbuhan perumahan-perumahan dan pembangunan jalan desa (rabat beton) di desa-desa yang menghambat meresapnya air ke cekungan air (aquifer) ikut merusak siklus tersebut. Akibat yang lain adalan terus berkurangnya cadangan – cadangan air yang berada di cekungan air (aquifer) di Purworejo yang semakin tahun terus berkurang (data-data Sumur PDAM Purworejo).
Di bagian selatan Purworejo yang dataran yang terbentuk dari kipas lumpur (Alluvial) sangat mudah terkena abrasi dari gelombang pasang Samudera Indonesia. Imbuhnya.
Kecepatan Abrasi antara 2 hingga 10 meter per tahun Padahal lokasi tersebut juga berpotensi bahaya tsunami karena sepanjang pantai di pesisir Purworejo termasuk daerah terdampak tumbukan lempeng (Subduction Area)
Hal ini yang menyebabkan Kabupaten Purworejo secepatnya sangat diperlukan adanya konservasi tanah dan air, Tandahnya Hermawan Wahyu Utama yang lulusan ITB dan alumni SMAN1 itu
Hal demikian diharapkan timbul pemahaman untuk sedini mungkin. Masyarakat Purworejo akan sadar akan bahaya bencana slam ( sts).
Post Comment
Tidak ada komentar